Sabtu, 04 September 2021

Cara Nalar Fikih NU

Sabtu, 04 September 2021

Secara genealogis, nalar fikih NU dalam Bahtsul Masail

berakar pada tradisi berpikir Wali Songo yang berperanan

penting dalam Islamisasi di Jawa pada abad ke-15 dan 16. Dalam menyebarkan Islam, Wali Songo bertumpu kepada seperangkat analisis sosial dan strategi dakwah yang akomodatif terhadap struktur dan realitas sosial-budaya masyarakat Jawa ketika itu.

Kemampuan Wali Songo tersebut dilandasi oleh nalar fikih sufistik yang mereka miliki. Nalar fikih sufistik tersebut merupakan manifestasi dari adanya pengaruh pemikiran neosufisme yang berkembang di dunia Islam sejak dua abad

sebelumnya. Abū Hāmid al-Ghazālī dan ulama-ulama sufi lain setelahnya adalah figur-figur yang sangat berpengaruh, terutama dalam hal kombinasi antara nilai-nilai sufistik, prinsip maşlahah, dan kepekaan terhadap realitas sosial-budaya.

Tradisi berpikir Wali Songo tersebut ditransmisikan secara turun-temurun melalui saluran tradisi pesantren. Wali Songo merintis pesantren-pesantren yang mereka adaptasi dari sistem pendidikan dalam tradisi Syiwa-Budha. Melalui pesantren, transmisi tradisi berpikir Wali Songo bertumpu kepada tradisi lisan, baik dalam bentuk pembahasalokalan kitab kuning melalui kebudayaan berbasis aksara Pegon maupun pengamalan tasawuf dan tarekat. Dalam proses transmisi ini, pesantren berbagi peraan kerajaan-kerajaan Islam sebagai kekuatan dwitunggal dalam konteks penyebaran Islam dan pembentukan tatanan sosial budaya masyarakat Jawa.


Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar